Gambar hanya sebagai ilustrasi, dibuat menggunakan ai copilot |
Mencontohi Anjing
Lebih baik mencontoh seekor kuda atau anjing dalam kepatuhan kepada Allah daripada mencontoh Iblis yang pernah menyandang nama Al 'Abidul Muqorrobuun.
Manusia diberikan akal tetapi masih tidak mampu mengambil ibrah dan berfikir dari ketaatan dan kesetiaan hewan kepada tuannya dalam hal beribadah. Beribadah adalah merupakan kecintaan dan ketaatan,
- bukanlah beribadah seperti budak (عبيد ) yang terpaksa sebab takut neraka.
- Dan bukan juga ibadah seperti peniaga (تجار) yang berharap imbalan pahala. Karena itu disamakan seperti berniaga dan bukannya beribadah.
Beribadahlah seperti ahli ibadah (عابد) dengan kecintaan dan ketaatan mutlak kepada Pencipta Nya.
Janganlah kita beribadah hanya untuk diberi oleh Nya, tetapi beribadahlah untuk di ridhai. Jika Allah meridhai, maka kita akan dikejutkan dengan Pemberian Nya. Hewan hanya tahu mengabdi kepada tuannya (manusia) dan tidak meminta apa-apa yang sudah jadi ketetapan tuannya atas mereka. Makanan dan segala keperluan yang diberikan oleh tuannya pada hewan itu tidak pernah ia merungut, menolak atau memilih-milih. Kita ditakdirkan oleh Allah SWT pada kedudukan istimewa dalam meraih Ridha Nya.
Ambillah ibrah pada anjing. Di dalam kitab Kasyifatussaja bab 42. Dalam sifat anjing terdapat pengajaran / sifat terpuji yang setiap mukmin mengamalkannya :
- Pertama
Dia senantiasa dalam keadaan lapar, dan ini merupakan sifat orang-orang 'shalih'.
- Kedua
Pada waktu malam dia hanya tidur sebentar, dan ini merupakan sifat orang-orang yang 'ahli tahajjud'.
- Ketiga
Andai pada suatu hari dia diusir seribu kali maka dia senantiasa di pintu rumah tuannya, dan ini merupakan sifat orang-orang 'jujur'.
- Keempat
Jika dia mati maka dia tidak meninggalkan warisan, dan ini merupakan tanda orang-orang 'zuhud'.
- Kelima
Dia merasa puas / rela atas bahagiannya di bumi dengan tempat yang paling rendah, dan ini merupakan tanda orang-orang 'ridha'.
- Keenam
Dia memandangi setiap orang yang melihatnya sehingga dilemparkannya sesuap makanan untuknya, dan ini merupakan akhlaq orang-orang 'miskin'.
- Ketujuh
Andai debu dilemparkan terhadapnya maka dia tidak marah dan tidak dengki, dan ini merupakan akhlaq para 'pecinta'.
- Kelapan
Apabila tempatnya dikuasai maka dia akan meninggalkan tempatnya dan berjalan ke tempat lain, dan ini merupakan sikap seorang 'pemuja'.
- Kesembilan
Apabila dia diberi sesuap makanan maka dia memakannya dan senantiasa makan sesuap makanan, dan ini merupakan tanda orang-orang yang 'qona'ah' (menerima seadanya).
- Kesepuluh
Apabila dia bermusafir dari suatu daerah ke daerah lain maka dia tidak berbekal, dan ini merupakan tanda orang-orang yang 'tawakkal'.
Ahmad Al-Makhfiy