Sholat Berjamaah yang Sia-sia dan Sifat Sholat Rasulullah sebelum Isra' dan Mi'raj

   
Sholat Berjamaah yang Sia-sia dan Sifat Sholat Rasulullah sebelum Isra' dan Mi'raj

Sholat Berjamaah yang Sia-sia dan Sifat Sholat Rasulullah sebelum Isra' dan Mi'raj

 


7 Maret 2024

Sholat Berjamaah yang Sia-sia dan Sifat Sholat Rasulullah sebelum Isra' dan Mi'raj


Nabi Khidr a.s mendatangiku celah perjalanan untuk kembali ke rumahku, beliau berkata :

 

Wahai Ahmad, janganlah dahulu dirimu berganjak pergi dari masjid ini, sejak pagi hingga waktu maghrib ini aku berada di masjid Raya ini (di Kota Solo), sungguh banyaknya manusia yang solat dengan sia-sia dan penuh kesombongan.

 

Sekelompok orang datang lalu melakukan solat berjemaah, lalu datang lagi seseorang yang hendak melakukan solat, namun ia enggan menjadi makmum disebabkan ia tidak mengenal kelompok pertama itu. Sungguh kehati-hatiannya itu hanya menyebabkan Allah berpaling darinya, dan memandangnya termasuk orang yang sombong, hendaklah ia mengikuti kelompok yang berjemaah lebih dahulu darinya, walaupun ia mempunyai segudang ilmu, maka ia tidak termasuk ke dalam golongan Alim yang wara' (memelihara diri dan ilmunya), sungguh ia tidak memahami syariat yang di bawa Rasulullah Muhammad yang mulia, sungguh tidaklah di bolehkan di dalam masjid ada dua imam yang melakukan solat yang sama.

 

Wahai Ahmad, Jika dirimu mendatangi masjid lalu hendak mengerjakan solat, maka solatlah dengan menjadi makmum bagi imam di dalam masjid itu atau jadilah makmum siapapun yang lebih dahulu berada di dalam masjid itu dan sedang melakukan solat berjemaah, apapun madzhabnya dan walaupun hanya mengikutinya sebagai Masbuq pada tahiyyat akhir, hal itu lebih mendatangkan kecintaan Allah kepadamu.

 

Wahai Ahmad, aku melihat ummat Rassulullah di zamanmu melakukan solat berjemaah di dalam masjid dengan sia-sia dan dibenci Allah dan Rasulullah Muhammad yang Mulia, hanya karena merasa lebih berilmu dan lebih banyak hafalan Qur'annya atau ia berbeza madzhab, lalu ia enggan menjadi makmum kepada orang lain yang telah melakukan solat berjemaah, ia lebih memilih mengajak kelompoknya melakukan solat berjemaah di tepi masjid secara sendiri atau menjauh dari imam yang datang lebih dahulu dan mengerjakan solat berjemaah lebih dahulu.

 

Dan kebanyakkan mereka merasa lebih mengenali cara Imam As-Syafiiy dan merasa aman. Sungguh yang demikian itu tidaklah menjadi aman dan sia-sialah solatnya. Kecuali orang-orang yang mengikuti solatnya orang-orang yang jahil dengan meletakkan batu / tanah ditempat ia sujud atau di sakunya secara sembunyi.

 

Wahai Ahmad, aku terangkan sifat Solat Rasulullah sebelum ia di Isra' kan dan mendapatkan perintah Solat 5 waktu..

 

Rasulullah Muhammad yang mulia,  telah melakukan solat sejak usia beliau 2 tahun mengikuti solatnya Ibu beliau dan Datuk beliau 'Saibah ibn Hasyim'. Yakni dua rakaat pada Pagi (saat terbit matahari) dan menjelang malam (antara Maghrib dan Isya') dengan sujud terakhir lebih lama masanya dibandingkan dua sujud pada solat setelah beliau Isra dan Mi'raj.

 

Wahai Ahmad, sungguh aku (Khidr as) melihat banyaknya malaikat yang turun ke atas dunia yang memuji manusia yang beriman kepada Allah pada dua waktu itu (menjelang pagi dan menjelang malam). Hingga hari kiamat tiba, dan para malaikat itu masing-masing membawa catatan yang akan diberikan kepada Allah, yakni catatan tentang doa dan harapan manusia di hari itu agar di kabulkan Allah.

 

Wahai Ahmad, sungguh solat dua rakaat di waktu subuh (Sholat subuh) yang disertai doa Qunut lebih disukai Allah Azza wajalla dan sujud syukur setelahnya (setelah solat subuh sebelum meninggalkan tempat sholat) sujud inilah yang merupakan amaliyyah para Sahabat yang disukai Allah dan Rasulullah, dengan membaca "Laa Ilaha Illa Allah, lakal hamdu wa lakas syukru, laa syari Kalak..." Lalu disertai sholawat atas Nabi mulia Muhammad.

 

Dan solat seorang laki-laki tepat waktu tiga rakaat (Maghrib) berjamaah bersama keluarganya lebih dicintai Allah daripada ia solat sendiri, hingga para malaikat mendo'a kannya dan memujinya.

 

Wahai Ahmad, tulislah semua yang aku katakan ini, hingga dirimu menjadi hamba Allah yang tawadhu dan menjaga diri dari sifat sombong.

 

Ahmad F. bin Abdullah Alwie Syams

Diperbarui
Tambahkan Komentar

Translate

Pengunjung