33. Teknik Godaan Oleh Jin Sittir

   
33. Teknik Godaan Oleh Jin Sittir

33. Teknik Godaan Oleh Jin Sittir



Kitab : Al-Jawahir Al Makhfiyyah

Judul : Teknik Godaan Oleh Jin Sittir

Disusun oleh : Mohammad Amri Yusof     

Ditulis oleh : Sallehudin Bin Sufi

Dikarang oleh : Ahmad Fahmi Hadiid Syams Al Makhfiy


Catatan :

Sittir adalah anak lelaki Sokher, sejenis ifrit. Sokher adalah saudara ifrit pada zaman Nabi Sulaiman a.s. Tugas Sittir adalah menggoda anak cucu para wali Allah dengan sangat halus hingga anak cucu para waliyullah merasa bahwa Sittir adalah pembesar jin muslim. Dan banyak para anak cucu waliyullah terjebak dalam kaki tangan Sittir iaitu para pengarang kitab-kitab mujarobat atau ajaran-ajaran pembuat wafak dan azimat-azimat. Sittir dengan halus memujuk anak-anak waliyullah, merubah rupa bentuk kewujudannya, serta menuntun dengan halus hingga kitab-kitab suci sejak zaman Babilonia (kitab tentang penangkis/penangkal sihir) diubah menjadi mantra-mantra sihir. Hingga Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur`an kepada Rasulullah SAW yang ada di dalamnya penangkal sihir buatan Sokher dan Sittir. Keadaan Sokher dan Sittir teramat susah dan menderita setelah kematian ifrit pada zaman Rasulullah SAW, hingga Sokher menetap di tanah Nusantara (Tanah Jawa) ketika kelahiran Rasulullah, manakala Sittir terjebak oleh kepungan jin-jin Muslim ketika para jin masuk ke dalam islam, hingga satu saat ia telah meloloskan diri dan lari menemui sang adik iaitu Aychublala Phad di tanah india. Lalu menetapi di sekitar hutan di tanah Malaka atas perintah iblis. Sittir mendatangi seorang hamba Allah dan menghinanya dengan berkata : 


Sittir : "Sholatmu tidak menjamin anak keturunanmu akan selamat dariku, zikirmu tidak menjamin anak keturunanmu aman dariku Keistimewaan yang Allah berikan kepadamu tidak menjamin anak keturunanmu aman dariku. Banyaknya doa dari murid-muridmu untukmu tidak akan menjamin anak keturunanmu, apakah kamu masih menolak hadiah yang aku berikan sejak puluhan tahun? Jika kamu menolak maka anak keturunanmu akan memijak kehormatanmu. Kamu tidak akan sabar akan hal itu, hai Bani Laytani. Apakah kamu tahu ketika aku berhadapan dengan ..,....... As-Syari'un itu, dia memang hebat, tapi lihatlah anak cucunya. Ada yang mati dalam keadaan kufur dan bermaksiat. Sedangkan kamu seorang hafiz dan sangat dicintai Nabimu. Sedangkan kamu tidak ada seujung jari dari .........mu. Begini saja wahai Bani Laytani, aku khabarkan padamu satu berita yang baik dari ayahku Tuhanku. Dia mempunyai apa yang akan membuatmu bahagia diatas dunia ini, dan kamu telah mengetahui kehebatannya sebelum ayahmu Adam mengkhianatinya..." 


Hamba Allah: "Wahai laknatullah anak dari laknatullah, silakan berkata-kata dan menghinaku." 


Sittir : "Aku kesini dengan sabar menunggu kamu selesai melakukan sholat, dan aku memperhatikanmu lebih dari orang lain selama beberapa bulan ini. Aku kasihan kepadamu wahai bani laytani. Justru aku memuji-muji kekuatan hatimu sejak pertama kita bertemu. Aku hendak memberitakan satu berita yang akan membuatmu terpandang dan kaya, dan akan membuatmu bahagia diatas dunia."


Hamba Allah : "Silakan wahai anak laknatullah. Aku selalu setia mendengar bicaramu dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT."


Sittir : "Baiklah wahai bani laytani, tahukah kamu kisah seorang anak adam yang selalu dihina dan direndahkan martabatnya lalu ia bertemu denganku seperti kamu bertemu denganku dahulu...?"


Hamba Allah : "Anak Nabi Allah Adam yang mana...?"


Sittir : "Dia hidup di zaman ..........mu Laytani.. seorang yang miskin dan lemah, dan salah satu ............mu mengusirnya karena dia seorang pemabuk dan penjudi, lalu dia bertaubat. Dan kembali menemui ..............mu, lalu .............mu menolaknya. Hingga orang ini pergi ke sebuah pegunungan dan ia bertemu dengan aku. Lalu aku mendidiknya dengan sangat sabar. Hingga akhirnya dia berhasil meneruskan tapaanya dan mendapatkan apa yang dia inginkan dariku. Dia menjadi kaya dan terhormat, lalu dia menemui ............mu kembali... saat itu ..........mu merasa bahwa orang ini benar-benar hebat dan menerimanya sebagai tamu di hari itu. ...........mu tidak mengenalinya. Hingga menerima hadiah dari orang ini. Setelah itu ..............mu menemui ajalnya setelah berbahagia menerima banyaknya hadiah dari orang ini. Bukankah itu lebih baik dari dirimu sekarang wahai bani laytani...?"


Hamba Allah : "Secara ukuran dunia memang itu lebih baik, tapi teruskan dulu ceritamu sebelum aku mengusirmu kembali.”


Sittir : "Baiklah, kamu memang lebih hebat dari datukmu dalam mengusirku. Tapi sekarang dengarkan dulu ceritaku..."


Hamba Allah : "Silakan, dan tidak ada bahagian untukmu dari apa yang aku minum saat ini wahai laknatullah..."


Sittir : "Hahahahaha... (tertawa sambil menampakkan gigi-gigi nya yang berbau busuk), kamu memang hebat menjaga makanan dan minumanmu dari kaumku wahai bani laytani, tapi aku dan para pengikutku hari ini telah sejak subuh tadi merasa kenyang dengan makanan dan minuman di rumah-rumah manusia yang dekat dengan rumahmu ini..."


Hamba Allah : "Bagaimana mungkin mereka para syaitan yang hidup dan makan dari manusia dapat membuat kaya seorang manusia" (kata saya dalam hati).


Hamba Allah : "Lanjutkan bualanmu wahai laknatullah..."


Sittir : "Baiklah, aku menemukan sebuah bukit yang penuh dengan harta, dan juga permata, bahkan disana ada beberapa benda-benda yang boleh membuatmu abadi seperti ayahku. Aku telah lama inginkan kamu mendapatkannya untuk menumpang kehidupanmu wahai bani laytani. Lihatlah ke telapak tanganku pasti kamu mengenali bukit ini.. (kata setan sambil membuka telapak tangannya yang menyala, dan nampak sebuah bukit yang saya kenali).”


Sittir : "Pergilah ke sana dan temui aku, akan aku sambut dengan segala penghormatan, asalkan kamu jangan menghancurkan bukit ini seperti beberapa tempat sebelumnya wahai bani Subakir. Jangan engkau runtuhkan seperti beberapa pohon di tanah jawa ini, hingga putera-puteriku banyak yang mati keranamu. Aku hendak berdamai denganmu, dan aku selalu memuji-mujimu di hadapan ayahku wahai bani laytani bani subakir..”


Hamba Allah : "Lanjutkan saja bicaramu sebelum Allah menyelimutiku dengan cahayaNya..."


Sittir : "Baiklah.. baiklah.. Begini.. aku akan mempermudah naiknya harta-harta itu sesuai yang kamu perluka,, dan sebahagian benda-benda sakti yang banyak diperlukan manusia di sekelilingmu. Dan setelah itu janganlah lagi kita bermusuhan, ingatlah usiamu dan tubuhmu yang mulai melemah. Sedangkan kaum kami tetap pada kekuatan yang sama sejak ratusan tahun, dan aku sudah tidak mau lagi bermusuhan denganmu karena aku memujamu wahai bani laytani. Aku hanya kasihan melihat keadaanmu sekarang ini. Apakah kamu masih meragukan penghormatanku wahai bani laytani..? Sekarang coba aku dengarkan apa jawabanmu... sudah teramat lelah aku berdekatan denganmu. Sepertinya aku harus kembali ke tempatku dan menunggu kedatanganmu.”


Hamba Allah : "Jawaban pertama, kamu tetaplah dengan kecelakaanmu diatas dunia dan kelak di akhirat. Simpan pujian-pujianmu karena aku cukup bahagia dengan Allah dan Rasulku Muhammad SAW dengan kasih sayang keduanya kepadaku dan isteri juga anak keturunanku...” 


Jawaban Kedua : “Apakah kamu atau Allah yang menciptakan bumi dan langit dan apa-apa yang ada pada keduanya? Apakah kamu masih saja belum sedar bahwa setelah godaanmu dengan menggunakan wanita-wanita dunia, juga beberapa benda. Aku tetap pada pendirianku..?”


Jawaban ketiga : “Apakah kamu berfikir aku akan percaya bahwa kisahmu tentang .......ku itu benar terjadi? Aku beriman kepada Allah dan hanya Allah saja yang Maha Tahu apa yang pernah terjadi pada zaman yang lalu, aku memahami sifat-sifat syaitan yang pandai berdusta hingga dustamu itu nampak nyata di hadapan para pengikutmu.”


Jawaban keempat : “Bagaimanakah mungkin kamu dapat memberikan kekayaan padahal kehidupan kalian para laknatullah bergantung kepada anak cucu Nabi Adam yang kufur ? Dan bagaimana mungkin Allah membiarkan seseorang itu menjadi kaya selamanya dari hasil pujukanmu.? Dan tentang anak keturunanku, semua ada pada taqdir Allah dan aku meyakini bahwa syafaat Nabiku dan Hidayah Allah akan berpihak kepada orang-orang yang taqwa.”


Jawaban ke lima : “Pergilah kamu dan katakan kepada ayahmu iblis, aku tetap berharap dan menggantungkan segala harapanku hanya kepada Allah. Suatu saat jika tidak aku... pasti Allah akan mengambil anak keturunanku menjadi pemenggal kepalamu.”. 


Setan itu lalu menghilang diantara suara-suara kendaraan dan orang-orang di luar rumah hamba Allah itu.

Diperbarui
Tambahkan Komentar

Translate

Pengunjung