Kitab : Al-Jawahir Al Makhfiyyah
Judul : Perjalanan Jasad Rasulullah di Alam Malakut
Disusun oleh : Mohammad Amri Yusof
Ditulis oleh : Sallehudin Bin Sufi
Dikarang oleh : Ahmad Fahmi Hadiid Syams Al Makhfiy
Perjalanan Jasad Rasulullah di Alam Malakut
Manusia yang terkena musibah adalah disebabkan oleh kelakuannya, yang keluar dari disiplin ilmunya. Tidak perlu berfikir menjadi pemenang, tapi harus bersiap untuk selalu menang bersama Allah SWT. Rasulullah SAW adalah manusia biasa yang dilebihkan Allah secara jiwa dan fizik baginda dengan sebab Mahabbah Allah kepada Baginda, karena Nabi Muhammad saw memahami takdir. Baginda menjadi Nabi terakhir penutup para Nabi, yang segala amal perbuatan Rasulullah saw tidak sama sekali keluar dari apa yang diwahyukan Allah. Baik wahyu untuk dirinya, kaumnya dan seluruh umatnya hingga hari kiamat (wahyu yang tertulis, wahyu yang tidak tertulis dan wahyu untuk diri Rasulullah itu sendiri yang jumlahnya jutaan wahyu semasa kenabian Rasulullah SAW). (Wama atakumurrasul illa wahyu yuha) Lihatlah banyak hadis-hadis Rasulullah SAW, yang merupakan wahyu dari Allah melalui hati Rasulullah dan keluar dengan ucapan atau perbuatan Rasulullah saw. Dicatat oleh para sahabat Baginda.
Jadi persoalan isra' dan mi'raj Rasulullah saw itu sepakat Ulama menyatakan benar bahwa Baginda naik ke sidratul muntaha. Tapi persoalan Rasulullah SAW melihat Allah secara langsung banyak perbezaan pendapat Ulama. Kalimat "li nuriyahu min ayatina" berarti “untuk kami perlihatkannya dengan Kekuasaan Kami”, yang melebihi kecepatan cahaya dan mudah bagi Allah melindungi jasad Rasulullah ketika naik ke sidratul muntaha seperti Allah melindungi Bumi dari bebatuan meteor dan kelestarian kehidupan di bumi. Jadi tidak boleh ada keraguan bahawa Rasulullah secara jasad naik ke sidratul muntaha. Banyak hal aneh berlaku pada Nabi-nabi sebelum Rasulullah dan juga keanehan yang lebih dahsyat lagi bahwa Allah pernah menidurkan pemuda ashabul kahfi beratus ratus tahun, dan menghidupkan orang Shaleh (Nabi Allah) setelah jasad kudanya telah hancur ratusan tahun.
Untuk apakah Rasulullah melihat langsung tentunya kita mengambil pendapat yang termahsyur iaitu yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Bahwa Rasulullah SAW melihat dengan hati Baginda. Disebabkan memang untuk perjumpaan dengan Allah SWT akan terungkap kelak di yaumul hisab. Dan mata zahir manusia manapun tidak akan mampu menatap Allah SWT secara langsung Lihat saja ketika Rasulullah menerima wahyu dari malaikat jibril, tubuhnya pastilah bergetar dan mengeluarkan keringat dingin yang banyak.. Itu baru hanya wahyu Allah saja.
Keadaan Rasulullah saat ditanya oleh Nabi Musa as tentang sholat 50 waktu yang diterima baginda tanpa tawat-menawar, menandakan bahwa gugup bercampur takjub dan gembira karena berhadapan langsung dengan Rabbnya itu sudah boleh kita fahami bahwa Rasulullah SAW saat itu sangat bersuka cita dan sangat takjub dengan pemandangan syurga dan sangat takut dengan pemandangan Neraka. Jadi tanpa berfikir panjang Baginda langsung menerima perintah sholat 50 waktu. Selanjutnya disebabkan Rasulullah SAW berjalan menggunakan alam malakut (dimensi kecepatan cahaya) mustahil bagi jin atau iblis manapun dapat melihat perjalanan Baginda.