Kitab : Al-Jawahir Al Makhfiyyah
Judul : Jin Muslim Berguru Dengan Manusia Pilihan Allah
Disusun oleh : Mohammad Amri Yusof
Ditulis oleh : Sallehudin Bin Sufi
Dikarang oleh : Ahmad Fahmi Hadiid Syams Al Makhfiy
Dan ketika Abdul
Jabbar bin Abdullah Al Abhar duduk kepada majlis hamba Allah (Ahmad) maka akan
berubah seluruh suasana menjadi panas dan sepi. Dan jika dalam majlis tersebut
tidak disebutkan nama Allah maka Jin Muslim akan berkata "Celakalah manusia
ini sebagai Khalifatullah!" dan lalu pergi meninggalkan majlis tersebut
bersama dengan malaikaturrahmah. Jangan pernah sekali-kali berusaha memasuki
alam jin karena jika tidak mendapatkan ijin dari Allah, yang lalu dengan
memaksakan kehendak diri, maka akan kehilangan akal dan menjadi setengah
hilangan kesadarannya (Gila), sebab terjebak ke dalam hammiyah (angan-angan dan
syahwat) sesuai dengan tujuan iblis yaitu menjadi pengikut iblis dan tersesat
dalam angan-angannya.
Jin tersebut ialah
Abdul Jabbar bin Abdullah Al Abhar Mufti Jin muslim di Thursina. Jangan pernah
sekalipun berusaha melihat wujud jin melainkan jika ditampakkan oleh Allah.
(Tingginya Abdul Jabbar bin Adullah Al Abhar Mufti Jin Muslim 3x Postur Manusia
dengan bentangan sayapnya sepanjang 3 meter.)
Abdul Jabbar
memulakan bicara:
"Dan kami
menyaksikan bahwa kitab-kitab terdahulu, telah mereka (kaum kafir kota Mekah)
sembunyikan dan mereka kaum kafir menulis dengan tangannya sendiri, dan Abul
Uzza bersama istrinya telah membayar penulis dengan menghapus nama
"Muhammad" yang terdapat pada dua kitab suci itu, sungguh kemurkaan
Allah kepada bapa saudara Rasulullah yang kufur itu beserta isterinya.
Dan aku menyaksikan
bagaimana ulat dan kotoran najis memenuhi sekujur tubuh Abu Lahab hingga
terkubur jasadnya dengan batu-batu di sisi rumahnya. Tahukah kamu bahawa mereka
itu hanyalah takut kehilangan nama jawatan dan hartanya jika mengikuti seruan
Nabi Mulia Muhammad yang bercahaya, dan Allah akan membuka rahsia tentang
kebenaran Nabi Muhammad SAW kelak di akhir zaman. Allah akan membuka kebenaran
Al-Qur'an, selama ini semua kitab-kitab terdahulu yang memberitakan kenabian
Muhammad SAW masihlah rapi tersimpan dan di satu masa semua itu akan tersingkap
dan nyatalah bahwa Nabi Mulia Muhammad SAW adalah Benar dan bukan lah
pendusta..." Dan kamu wahai Bani Laytani dan orang-orang yang mengikuti
kebenaran Al-Qur'an dan berita ini, sudah pasti akan menemui ujian yang sama,
iaitu dikatakan sebagai pendusta dan pendongeng belaka. Bacalah dan fahami
Al-Qur'an, maka kamu akan menjadi kuat dan sabar seperti orang-orang sebelum
kamu yang mengikuti jejak Rasulullah SAW".
Seperti biasa para
jin muslim kembali ke kota-kota suci para Nabi terutama Mekah untuk melakukan
ibadah puasa di bulan Ramadhan. Jin Abdul Jabbar hanya melemparkan senyuman
kepada hamba Allah di Nusantara dan mengatakan "bahwa kita bertemu atas
izin Allah. Kerinduan kita itu sifat antara makhluk dengan makhluk, tapi yang
lebih utama adalah saling mendoakan antara kita dan bukan saling memuji. Kita
berpisah pun kerana kehendak Allah atas takdirNya yang kita berbeza wujud dan
kehidupan. Sebagaimana manusia mempunyai seorang waliyullah, kami pun mempunyai
para waliyullah yang saling mendoakan dan saling meninggalkan wasiat. Telah
sampai berita dari golongan kami kepadamu, dan telah kamu beranikan diri
menyebarkan berita dari Ma'la. Itu merupakan kehormatan kaum khalifah cucu Nabi
Adam a.s kepada kaum kami. Kami hanya boleh berwasiat kepada kamu tentang
kebenaran Al-Qur'an dan semua perkataan Nabi Mulia yang bercahaya Muhammad saw.
Janganlah terlepas dari tali ikatan kasih sayang Allah, juga jangan membesarkan
dan memuji selain kepadaNy.
Ingatlah, kami pun
tidak akan pernah tahu akan apa yang bakal terjadi esok hari. Apakah kami tetap
teguh dalam iman dan taqwa atau menjadi kufur. Saudaraku Bani Laytani,
sambungkan saja cahaya di hatimu dengan sumber cahaya yaitu Al-Qur'an dan Sabda
Rasulullah hingga tak satu pun golongan kafir dari manusia dan jin akan mampu
merubah imanmu. Satu-satunya yang menyambungkan tali ikatan dengan Allah SWT
dan persaudaraan kita adalah sholat. kerana di dalam solat kita saling berjabat
cahaya dengan Rabbal'alamiin dan berjabat cinta dalam doa di dalam sholat.
Jika saja Allah
mengizinkan aku memelukmu dan memperkenalkan dengan seluruh saudara-saudaraku
di Ma'la menjelang Ramadhan kariem, pastilah satu kebanggaan dan kebahagiaan
untuk kami. Jika saja Allah mengizinkan aku untuk bersamamu berperang melawan
para jin kafir dan manusia-manusia kufur, pastilah pedang dan panahku akan lebih
cepat dari kemarahanmu, namun kami mengakui kesabaranmu dalam menghadapi
jin-jin kafir dan manusia-manusia kufur di sekelilingmu. Kami mengakui
keunggulan Bani Muhammad dari keturunan Adam a.s dengan melihat diri mu.
Ketahuilah wahai bani laytani, kesungguhan dan keikhlasan mengabdi kepada
Allah, kecintaanmu kepada seluruh saudara-saudaramu yang membuat kami merasa
kamu berbeza dan cara hidupmu yang mengabaikan lelah itulah yang kami merasa
kamu berbeza dan sebab Allah selalu memberikan kamu
perlindungan.
Di awal
perjumpaanku denganmu, aku merasa hairan dan merasa tidak ada satu pun ibadah
istimewa yang kamu lakukan. Aku merasa ragu bahwa kamulah manusia yang
diberitakan oleh Penyeru dari golongan kami. Dari pakaian dan caramu beribadah
sangatlah sederhana dan jauh dari sempurna layaknya manusia berilmu.
Bertahun-tahun aku memperhatikan tingkah lakumu, tidak ada yang istimewa dan
bahkan terkadang kamu jatuh dalam tipu daya iblis. Namun kepenatan
syaitan-syaitan dan kemarahan syaitan-syaitan terletak dari cahaya yang
diwariskan Subakhir dalam rahim ibumu. Hingga zhan dan khayalanmu tidak mampu
dikuasai oleh syaitan-syaitan yang berharap kamu melakukan kemusyrikan yang
besar. Dan dengan ilmu itu pula taubatmu mengundang murka Allah atas sittir
hingga ayahku mendorong dan hampir membinasakan Sittir (jin kafir keturunan
ifrit) di dalam gua. Setelah dirimu berpasrah kepada Allah atas kelelahan dan
kesakitanmu mengeluarkan pengaruh Sittir dalam kekuatan sittir dalam tubuhmu.
Aku akan mengukir
namamu di tanah yang tinggi agar kaummu dapat melihat namamu meski mereka akan
sulit berjumpa denganmu. Aku ada satu pertanyaan untukmu saudaraku, apakah
ketakjubanku kepadamu ini satu hal yang berlebihan?"
Hamba Allah (Ahmad)
pun menjawab :
"Saudaraku
Abdul Jabbar, janganlah takjub atas apa yang menjadi takdir yang dituliskan
Allah atas diriku dan dirimu. Namun takjublah atas segala pertolongan Allah
yang nyata. Takjublah atas jutaan warisan yang telah ditinggalkan Rasulullah
yang Mulia Muhammad saw hingga kita dapat membaca semua gerakan iblis yang akan
menyesatkan kita. Takjublah atas penciptaan cahaya di dalam hati orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasulullah.
Saudaraku Abdul
Jabbar, tidak mungkin disebut pecundang jika kita masih berjuang dan masih
berada di atas bumi untuk tetap menjaga Tauhid dalam dada kita. Meski berulang
kali iblis mampu menjatuhkan kedua 'kaki kita', akan tetapi tidak mampu iblis
'meletakkan 'kepala' kita di hadapannya.
Saudaraku Abdul
Jabbar bin Abdullah, sampaikan salam kepada kaummu, dari aku hamba Allah yang
bergantung kepada Allah. Sampaikan kepada kaummu, janganlah membenci manusia
yang melakukan kemaksiatan, karena hidayah bukan milik kita, dan kalian wajib menjaga silaturrahim di
antara kalian serta berakhlaklah sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah
saw. Jangan lagi ada permusuhan di antara kamu disebabkan hal-hal yang sia-sia.
Jangan mudah memenggal kepala kaummu hanya kerana ada diantara kamu yang telah
tertawan oleh iblis. Mungkin saja mereka tidak tahan dengan siksaan iblis lalu
mereka berbohong telah mengikuti dan menyembah iblis disebabkan rasa sakit.
Jadilah kamu yang terbaik cintanya kepada saudara-saudaramu yang
lemah...Sampaikan kepada kaummu, bahwa rumahku selalu tersedia bekal untuk
kalian yang berhijrah sesuai apa yang Allah dan Rasulullah ajarkan. Yang
terpenting adalah, jangan memuji dan meninggikan namaku melebihi Allah dan
Rasulullah. Cukuplah dunia ini menjadi saksi pertemuan dan perjuanganku dan
kamu..."
Jin itu berkata
lagi:
"Saudaraku
Bani Laytani, aku diajarkan ayahku untuk tidak menangis, tapi berpisah denganmu
menyebabkan sayapku melemah dan jubahku bergetar dan merasa sedih, aku tidak
menyangka bahwa menyampaikan kebenaran di antara manusia akan mengakibatkan
kepahitan dari manusia-manusia itu sendiri. Aneh sekali kaummu bangsa manusia
yang tidak boleh menerima kebenaran Al-Qur'an dan Sabda Rasulullah yang kalian
sampaikan kepada mereka, bahkan dengan bukti-bukti yang Allah perlihatkan pun
sebagian mereka manusia enggan mengakuinya dan menerimanya".
Ahmad berkata:
"Saudaraku
Abdul Jabbar, kita bertemu dan berpisah karena Allah... tidak ada kesedihan dan
jangan bersedih atas takdir Allah, kita saling menasihati dan kita pun boleh
saling memberi hadiah. Senyum dan semangatmu berjuang untuk Allah dan
Rasulullah adalah hadiah untukku, dan apa yang kamu inginkan dariku sebagai
hadiah wahai saudara ku.?"
Jawab jin:
"Saudara ku
Bani Laytani, aku inginkan 'ikat kepalamu dan jubah mu' sebagai hadiah untukku,
sebagai baju kebanggan ku untuk berjuang di kaumku. Dan akui aku sebagai
muridmu dan bukan sebagai sahabat dan saudaramu… Aku akan berikan pedangku
untukmu sebagai hadiah yang tidak satu pun mata manusia mampu memandang dan
memegang ini. Dan senyum serta semangatku akan ku hadiahkan kepada Allah dan
Rasulullah atas ridho Nya hingga aku berjumpa dengan manusia aneh
sepertimu..."
Ahmad berkata:
"Saudaraku Abdul Jabbar, aku berikan semua keinginanmu dan aku terima hadiahmu karena Allah. "Mereka pun berpisah dengan butiran air mata, kecuali mata tajam Abdul Jabbar bin Abdullah yang hanya meredup dan pelukan tangan serta sayapnya menyelimuti seluruh tubuh beliau.