38. Jin Muslim Berguru Dengan Manusia Pilihan Allah

   
38. Jin Muslim Berguru Dengan Manusia Pilihan Allah

38. Jin Muslim Berguru Dengan Manusia Pilihan Allah

 

Kitab : Al-Jawahir Al Makhfiyyah

Judul : Jin Muslim Berguru Dengan Manusia Pilihan Allah

Disusun oleh : Mohammad Amri Yusof     

Ditulis oleh : Sallehudin Bin Sufi

Dikarang oleh : Ahmad Fahmi Hadiid Syams Al Makhfiy


Dan ketika Abdul Jabbar bin Abdullah Al Abhar duduk kepada majlis hamba Allah (Ahmad) maka akan berubah seluruh suasana menjadi panas dan sepi. Dan jika dalam majlis tersebut tidak disebutkan nama Allah maka Jin Muslim akan berkata "Celakalah manusia ini sebagai Khalifatullah!" dan lalu pergi meninggalkan majlis tersebut bersama dengan malaikaturrahmah. Jangan pernah sekali-kali berusaha memasuki alam jin karena jika tidak mendapatkan ijin dari Allah, yang lalu dengan memaksakan kehendak diri, maka akan kehilangan akal dan menjadi setengah hilangan kesadarannya (Gila), sebab terjebak ke dalam hammiyah (angan-angan dan syahwat) sesuai dengan tujuan iblis yaitu menjadi pengikut iblis dan tersesat dalam angan-angannya.

 

 

Jin tersebut ialah Abdul Jabbar bin Abdullah Al Abhar Mufti Jin muslim di Thursina. Jangan pernah sekalipun berusaha melihat wujud jin melainkan jika ditampakkan oleh Allah. (Tingginya Abdul Jabbar bin Adullah Al Abhar Mufti Jin Muslim 3x Postur Manusia dengan bentangan sayapnya sepanjang 3 meter.)

 

 

Abdul Jabbar memulakan bicara:

"Dan kami menyaksikan bahwa kitab-kitab terdahulu, telah mereka (kaum kafir kota Mekah) sembunyikan dan mereka kaum kafir menulis dengan tangannya sendiri, dan Abul Uzza bersama istrinya telah membayar penulis dengan menghapus nama "Muhammad" yang terdapat pada dua kitab suci itu, sungguh kemurkaan Allah kepada bapa saudara Rasulullah yang kufur itu beserta isterinya.

 

 

Dan aku menyaksikan bagaimana ulat dan kotoran najis memenuhi sekujur tubuh Abu Lahab hingga terkubur jasadnya dengan batu-batu di sisi rumahnya. Tahukah kamu bahawa mereka itu hanyalah takut kehilangan nama jawatan dan hartanya jika mengikuti seruan Nabi Mulia Muhammad yang bercahaya, dan Allah akan membuka rahsia tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW kelak di akhir zaman. Allah akan membuka kebenaran Al-Qur'an, selama ini semua kitab-kitab terdahulu yang memberitakan kenabian Muhammad SAW masihlah rapi tersimpan dan di satu masa semua itu akan tersingkap dan nyatalah bahwa Nabi Mulia Muhammad SAW adalah Benar dan bukan lah pendusta..." Dan kamu wahai Bani Laytani dan orang-orang yang mengikuti kebenaran Al-Qur'an dan berita ini, sudah pasti akan menemui ujian yang sama, iaitu dikatakan sebagai pendusta dan pendongeng belaka. Bacalah dan fahami Al-Qur'an, maka kamu akan menjadi kuat dan sabar seperti orang-orang sebelum kamu yang mengikuti jejak Rasulullah SAW".

 

 

Seperti biasa para jin muslim kembali ke kota-kota suci para Nabi terutama Mekah untuk melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Jin Abdul Jabbar hanya melemparkan senyuman kepada hamba Allah di Nusantara dan mengatakan "bahwa kita bertemu atas izin Allah. Kerinduan kita itu sifat antara makhluk dengan makhluk, tapi yang lebih utama adalah saling mendoakan antara kita dan bukan saling memuji. Kita berpisah pun kerana kehendak Allah atas takdirNya yang kita berbeza wujud dan kehidupan. Sebagaimana manusia mempunyai seorang waliyullah, kami pun mempunyai para waliyullah yang saling mendoakan dan saling meninggalkan wasiat. Telah sampai berita dari golongan kami kepadamu, dan telah kamu beranikan diri menyebarkan berita dari Ma'la. Itu merupakan kehormatan kaum khalifah cucu Nabi Adam a.s kepada kaum kami. Kami hanya boleh berwasiat kepada kamu tentang kebenaran Al-Qur'an dan semua perkataan Nabi Mulia yang bercahaya Muhammad saw. Janganlah terlepas dari tali ikatan kasih sayang Allah, juga jangan membesarkan dan memuji selain kepadaNy.

 

 

Ingatlah, kami pun tidak akan pernah tahu akan apa yang bakal terjadi esok hari. Apakah kami tetap teguh dalam iman dan taqwa atau menjadi kufur. Saudaraku Bani Laytani, sambungkan saja cahaya di hatimu dengan sumber cahaya yaitu Al-Qur'an dan Sabda Rasulullah hingga tak satu pun golongan kafir dari manusia dan jin akan mampu merubah imanmu. Satu-satunya yang menyambungkan tali ikatan dengan Allah SWT dan persaudaraan kita adalah sholat. kerana di dalam solat kita saling berjabat cahaya dengan Rabbal'alamiin dan berjabat cinta dalam doa di dalam sholat.

 

 

Jika saja Allah mengizinkan aku memelukmu dan memperkenalkan dengan seluruh saudara-saudaraku di Ma'la menjelang Ramadhan kariem, pastilah satu kebanggaan dan kebahagiaan untuk kami. Jika saja Allah mengizinkan aku untuk bersamamu berperang melawan para jin kafir dan manusia-manusia kufur, pastilah pedang dan panahku akan lebih cepat dari kemarahanmu, namun kami mengakui kesabaranmu dalam menghadapi jin-jin kafir dan manusia-manusia kufur di sekelilingmu. Kami mengakui keunggulan Bani Muhammad dari keturunan Adam a.s dengan melihat diri mu. Ketahuilah wahai bani laytani, kesungguhan dan keikhlasan mengabdi kepada Allah, kecintaanmu kepada seluruh saudara-saudaramu yang membuat kami merasa kamu berbeza dan cara hidupmu yang mengabaikan lelah itulah yang kami merasa kamu berbeza dan sebab Allah selalu memberikan kamu

perlindungan.

 

 

Di awal perjumpaanku denganmu, aku merasa hairan dan merasa tidak ada satu pun ibadah istimewa yang kamu lakukan. Aku merasa ragu bahwa kamulah manusia yang diberitakan oleh Penyeru dari golongan kami. Dari pakaian dan caramu beribadah sangatlah sederhana dan jauh dari sempurna layaknya manusia berilmu. Bertahun-tahun aku memperhatikan tingkah lakumu, tidak ada yang istimewa dan bahkan terkadang kamu jatuh dalam tipu daya iblis. Namun kepenatan syaitan-syaitan dan kemarahan syaitan-syaitan terletak dari cahaya yang diwariskan Subakhir dalam rahim ibumu. Hingga zhan dan khayalanmu tidak mampu dikuasai oleh syaitan-syaitan yang berharap kamu melakukan kemusyrikan yang besar. Dan dengan ilmu itu pula taubatmu mengundang murka Allah atas sittir hingga ayahku mendorong dan hampir membinasakan Sittir (jin kafir keturunan ifrit) di dalam gua. Setelah dirimu berpasrah kepada Allah atas kelelahan dan kesakitanmu mengeluarkan pengaruh Sittir dalam kekuatan sittir dalam tubuhmu.

 

 

Aku akan mengukir namamu di tanah yang tinggi agar kaummu dapat melihat namamu meski mereka akan sulit berjumpa denganmu. Aku ada satu pertanyaan untukmu saudaraku, apakah ketakjubanku kepadamu ini satu hal yang berlebihan?"

 

 

Hamba Allah (Ahmad) pun menjawab :

"Saudaraku Abdul Jabbar, janganlah takjub atas apa yang menjadi takdir yang dituliskan Allah atas diriku dan dirimu. Namun takjublah atas segala pertolongan Allah yang nyata. Takjublah atas jutaan warisan yang telah ditinggalkan Rasulullah yang Mulia Muhammad saw hingga kita dapat membaca semua gerakan iblis yang akan menyesatkan kita. Takjublah atas penciptaan cahaya di dalam hati orang-orang yang  beriman kepada Allah dan Rasulullah.

 

 

Saudaraku Abdul Jabbar, tidak mungkin disebut pecundang jika kita masih berjuang dan masih berada di atas bumi untuk tetap menjaga Tauhid dalam dada kita. Meski berulang kali iblis mampu menjatuhkan kedua 'kaki kita', akan tetapi tidak mampu iblis 'meletakkan 'kepala' kita di hadapannya.

 

Saudaraku Abdul Jabbar bin Abdullah, sampaikan salam kepada kaummu, dari aku hamba Allah yang bergantung kepada Allah. Sampaikan kepada kaummu, janganlah membenci manusia yang melakukan kemaksiatan, karena hidayah bukan milik kita,  dan kalian wajib menjaga silaturrahim di antara kalian serta berakhlaklah sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah saw. Jangan lagi ada permusuhan di antara kamu disebabkan hal-hal yang sia-sia. Jangan mudah memenggal kepala kaummu hanya kerana ada diantara kamu yang telah tertawan oleh iblis. Mungkin saja mereka tidak tahan dengan siksaan iblis lalu mereka berbohong telah mengikuti dan menyembah iblis disebabkan rasa sakit. Jadilah kamu yang terbaik cintanya kepada saudara-saudaramu yang lemah...Sampaikan kepada kaummu, bahwa rumahku selalu tersedia bekal untuk kalian yang berhijrah sesuai apa yang Allah dan Rasulullah ajarkan. Yang terpenting adalah, jangan memuji dan meninggikan namaku melebihi Allah dan Rasulullah. Cukuplah dunia ini menjadi saksi pertemuan dan perjuanganku dan kamu..."

 

Jin itu berkata lagi:

"Saudaraku Bani Laytani, aku diajarkan ayahku untuk tidak menangis, tapi berpisah denganmu menyebabkan sayapku melemah dan jubahku bergetar dan merasa sedih, aku tidak menyangka bahwa menyampaikan kebenaran di antara manusia akan mengakibatkan kepahitan dari manusia-manusia itu sendiri. Aneh sekali kaummu bangsa manusia yang tidak boleh menerima kebenaran Al-Qur'an dan Sabda Rasulullah yang kalian sampaikan kepada mereka, bahkan dengan bukti-bukti yang Allah perlihatkan pun sebagian mereka manusia enggan mengakuinya dan menerimanya".

 

 

Ahmad berkata:

"Saudaraku Abdul Jabbar, kita bertemu dan berpisah karena Allah... tidak ada kesedihan dan jangan bersedih atas takdir Allah, kita saling menasihati dan kita pun boleh saling memberi hadiah. Senyum dan semangatmu berjuang untuk Allah dan Rasulullah adalah hadiah untukku, dan apa yang kamu inginkan dariku sebagai hadiah wahai saudara ku.?"

 

Jawab jin:

"Saudara ku Bani Laytani, aku inginkan 'ikat kepalamu dan jubah mu' sebagai hadiah untukku, sebagai baju kebanggan ku untuk berjuang di kaumku. Dan akui aku sebagai muridmu dan bukan sebagai sahabat dan saudaramu… Aku akan berikan pedangku untukmu sebagai hadiah yang tidak satu pun mata manusia mampu memandang dan memegang ini. Dan senyum serta semangatku akan ku hadiahkan kepada Allah dan Rasulullah atas ridho Nya hingga aku berjumpa dengan manusia aneh sepertimu..."

 

 

Ahmad berkata:

"Saudaraku Abdul Jabbar, aku berikan semua keinginanmu dan aku terima hadiahmu karena Allah. "Mereka pun berpisah dengan butiran air mata, kecuali mata tajam Abdul Jabbar bin Abdullah yang hanya meredup dan pelukan tangan serta sayapnya menyelimuti seluruh tubuh beliau. 

Diperbarui
Tambahkan Komentar

Translate

Pengunjung