15 Larangan Bagi Cucu Rasulullah dan Memahami Makna Jadzab (Mazdub)

   
15 Larangan Bagi Cucu Rasulullah dan Memahami Makna Jadzab (Mazdub)

15 Larangan Bagi Cucu Rasulullah dan Memahami Makna Jadzab (Mazdub)

gambar hanya sebagai ilustrasi



17 Oktober 2024

15 Larangan Bagi Cucu Rasulullah dan Memahami Makna Jadzab (Mazdub)


Nabi Khidr a.s mendatangiku dan berkata,

"Wahai Ahmad, duduklah, abaikan rasa sakitmu, sungguh Kakekmu yang Mulia Muhammad mendatangiku dalam mimpiku, dan menyampaikan nasihat khusus untukmu, dengarkan dan tulislah, amalkan dan ingatlah nasihat ini."


"Wahai Ahmad, Beliau Nabi Mulia Muhammad bersabda,

TIDAKLAH SEMPURNA IMAN DAN KETAQWAAN UMMATKU TANPA DISERTAI ADAB DAN AKHLAQUL KARIMAH, DAN TIDAKLAH TERMASUK KETURUNANKU YANG MINTA HADIAH DAN YANG PERUTNYA TERISI SEMENTARA DI KIRI DAN KANANNYA TERDAPAT FAKIR-MISKIN YANG MEMEGANG PERUTNYA KARENA LAPAR. WAHAI KHIDR DEMI ALLAH YANG MEMEGANG JIWA MUHAMMAD, TELAH TERPUTUS HUBUNGAN NASAB DENGANKU BAGI ANAK KETURUNANKU YANG BERLAKU SOMBONG DAN ANGKUH."


"Wahai Ahmad tulislah dan amalkanlah lima belas larangan bagi cucu Rasulullah, hingga dirimu menjadi aman kelak di Yaumul Hisab dalam pelukan Rasulullah Muhammad yang mulia."


"Wahai Ahmad, yang tidak boleh di lakukan oleh dzuriyyah Rasulullah diantaranya,

  1. Meminta-minta.
  2. Berkata keji dan kotor.
  3. Menerima zakat.
  4. Mengangkat kepala di hadapan ummat, memandang dengan kesombongan.
  5. Makan lebih dahulu dari orang-orang yang ada di jamuan makan yang terdekat darinya, sekalipun makan bersama anak dan istrinya dan orang-orang yang ada dalam tanggungannya.
  6. Duduk lebih tinggi dari orang yang 'Alim dan yang lebih tua.
  7. Menolak tamu jika dalam keadaan lapang.
  8. Memalingkan wajahnya dari orang yang berbicara dengannya.
  9. Berdiri dalam sholat dan dalam hal apapun membelakangi orang yang lebih tua tanpa meminta izin kecuali ada uzur yang tidak dapat di hindari.
  10. Membentak Istri dan anak-anak nya kecuali dalam hal hukum Allah.
  11. Membiarkan dicium tangannya oleh fakir-miskin dan yatim-piatu kecuali memeluk mereka dan mendoakan mereka, kecuali tidak bisa ia hindari.
  12. Berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara-perkara jika dirinya dijadikan Ahkamul Ahsan.
  13. Tidak tidur kecuali dalam keadaan berwudhu.
  14. Memakan infaq dan shodaqoh dengan sekehendak hatinya jika diberi amanah.
  15. Tidak makan dan minum sebelum memastikan hewan peliharaannya telah di beri makan dan minum di pagi hari.

Wahai Ahmad, itulah nasihat yang diamanahkan Rasulullah yang mulia untuk dirimu jalankan, jika terlupa salah satunya, maka bersedekahlah dengan memberikan makan 41 fakir-miskin atau yatim-piatu, dan janganlah dirimu lalai atas kewajibanmu."


"Wahai Ahmad, bukankah kesalahan sedikit saja yang kamu lakukan kecuali Allah menegurmu dengan sakit sebagai peringatan agar dirimu bertaubat dan memperbaiki diri...? Hendaklah dirimu tidak mengabaikan cinta dan kasih sayang Allah pada penyakit yang Allah timpakan kepadamu, ambillah air dan berilah garam sedikit saja, lalu beristigfarlah dan memohonlah ampunan kepada Allah. Hingga Allah mengangkat penyakitmu di hari yang telah Allah tetapkan."



Perbedaan Jadzab (Madzub) dengan Siddah


"Wahai Ahmad, tidaklah ada kebenaran bagi seseorang yang dianggap Waliyullah namun ia jauh dari Pakaian Syari'at, sungguh betapa banyak di negerimu yang mengira seorang yang hilang ingatan adalah orang yang dekat dengan Allah dan dianggap Waliyullah, sungguh yang demikian itu adalah perbuatan yang berlebihan dan termasuk perbuatan kaum Siddah di masa dahulu. Tahukah kamu makna Siddah...? Siddah adalah suatu kelompok di zamanku pada zaman Raja Zulkarnain yang berjulukan Raja Sarrugi yang Agung. Di masa itu ada sekelompok orang-orang di negeri yang jauh, demi mengamankan putra-putri orang-orang yang terhormat disebabkan mempunyai penyakit gila dan pikun, maka mereka membuat kelompok Siddah yang menjaga dan memuliakan orang-orang yang demikian. Juga pada zaman Nabi Ibrahim, sungguh Raja Zulkarnain dan begitu pula Nabi Ibrahim melarang hal demikian, yakni memuja-muja orang yang dianggap sebagai orang yang Siddah."


"Dan di zaman Kakekmu Yang Mulia Muhammad, aku pun melihat beberapa hal demikian lalu Kakekmu melarang orang-orang yang beriman mempercayai adanya pohon yang memberi keberkahan dan menanggapi perkataan dan perbuatan orang-orang yang lupa ingatan (gila) atau pikun sebagai khabar atau tanda keberkahan yang tersirat atau karomah-karomah yang timbul dari perbuatan yang aneh."


"Wahai Ahmad, amatlah berbeda Siddah dengan Malamatiyyah dan Jadzab atau Madzub, kebanyakan di negerimu tidaklah memahami perbedaannya. Hendaklah mereka menjauhi memuja-muja Siddah dan memahami makna Jadzab dengan sebenar-benarnya. Tidaklah Waliyullah yang Jadzab meninggalkan syariat kecuali menyembunyikannya dalam perilakunya."



Ahmad F. bin A. Alwi Syams Al-Makhfy

Diperbarui
Tambahkan Komentar

Translate

Pengunjung